Nasib Seni Karinding yang Makin Merinding


DERASNYA arus informasi selain memiliki dampak postif juga membawa dampak negatif. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah makin tersingkirnya kesenian tradisional digantikan kebudayaan barat yang dianggap lebih modern. Dengan tergusur kesenian daerah tersebut turut berimbas pula pada semakin tersingkirnya alat musik yang biasa mengiringinya
Salah satu alat kesenian yang mulai menghilang adalah karinding. Alat musik tiup budaya Sunda tersebut kini nasibnya bikin merinding karena diambang kemusnahan akibat jarangnya generasi muda yang mau mempelajarinya. Terlebih untuk mempelajari alat musik yang biasa dibuat dari kaung atau bambu ini sangat sulit dipelajarinya sehingga membutuhkan kesabaran dan keuletan.
Ketua Barak Karinding (BAKKAR) Muklis Panco mengatakan, untuk memaikannya,  karinding dengan meniupnya, terus tepuk bagian pemukulnya agar tercipta resonansi suara, dan karinding biasa dimainkan secara solo atau group (dua sampai lima orang). Dan seorang diantaranya disebut pengatur nada yang bisa mengatur ritem.
“Dengan melihat zaman yang semakin maju dan modern karinding bisa di kolaborasi dengan alat musik tradisional lainnya guna menghasilkan suara yang sangat indah, tetapi, tidak jarang juga alat ini dimainkan tanpa bantuan alat modern dan alat-alat musik lainya,”ucapnya.
Sebenarnya dahulu alat ini dibuat untuk mengusir hama disawah, karena suara yang dihasilkan dari getaran jarum karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya dihasilkan dari gesekan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan, dan suara yang keluar terdengar seperti suara wereng, belalang, jangkrik, burung, dan lain-lain. Untuk sekarang karinding biasa dijadikan alat musik yang sangat indah jika dimainkan oleh orang seni yang bisa memainkannya.
Lelaki yang sering disebut Babah itu menambahkan, karena  dirinya tidak pernah melihat alat karinding tersebut dimainkan di Tangerang, maka dirinya berinisiatif untuk mengembangkan alat musik ini.
Alhasil niat baiknya tersebut bisa terlaksana dengan mengembangkan alat musik tersebut di Tangerang. Bahkan kini peminat yang ingin mempelajarinya cukup banyak. “Saya meyakini bahwa alat musik tradisional akan bertahan dan semakin berkembang di Tangerang maupun Banten,” ujarnya.
Babah  berharap walau kebudayaan barat cukup masif  untuk menggerogoti kebudayaan lokal namun masyarakat  tetap peduli dengan musik tradisional. “Karena bagaimanapun masyarakat seharusnya lebih cinta terhadap seni tradisional dari pada harus membudayakan seni yang mengambil dari budaya barat. Seni tradisional karindang harus lebih berkembang dari seni modern,”pungkasnya.

Serba-Serbi Karinding 

Ada beberapa tempat yang biasa membuat karinding, seperti di lingkung Citamiang, Pasirmukti, (Tasikmalaya), Lewo Malangbong, (Garut), dan Cikalongkulon (Cianjur) yang dibuat dari pelepah kawung (enau). Di Limbangan dan Cililin karinding dibujat dari bambu, dan yang menggunakannya adalah para perempuan, dilihat dari bentuknya saperti tusuk biar mudah ditusukan di sanggul rambut. Dann bahan enau kebanyakan dipakai oleh lelaki, bentuknya lebih pendek biar bisa diselipkan dalam wadah rokok. Bentuk karinding ada tiga ruas.


Cara Memainkan

Karinding disimpan di bibir, terus tepuk bagian pemukulnya biar tercipta resonansi suara. Karindng biasanya dimainkan secara solo atau grup (2 sampai 5 orang). Seroang diantaranya disebut pengatur nada anu pengatur ritem. Di daerah Ciawi, dulunya karinding dimainkan bersamaan takokak (alat musik bentuknya mirip daun).
Secara konvensional nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada 4 jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.

Fungsinya
Karinding yaitu alat buat mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan dari getaran jarum karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya dihasilkan dari gesekan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan. Suara yang keluar biasanya terdengar seperti suara wereng, belalang, jangkrik, burung, dan lain-lain. Yang jaman sekarang dikenal dengan istilah ultrasonik. Biar betah di sawah, cara membunyikannya menggunakan mulut sehingga resonansina menjadi musik. Sekarang karinding biasa digabungkan dengan alat musik lainnya.
Bedanya membunyikan karinding dengan alat musik jenis mouth harp lainnya yaitu pada tepukan. Kalau yang lain itu disentil. Kalau cara ditepuk dapat mengandung nada yang berbeda-beda. Ketukan dari alat musik karinding disebutnya Rahel, yaitu untuk membedakan siapa yang lebih dulu menepuk dan selanjutnya. Yang pertama menggunakan rahèl kesatu, yang kedua menggunakan rahel kedua, dan seterusnya. Biasanya suara yang dihasilkan oleh karinding menghasilkan berbagai macam suara, diantaranya suara kendang, goong, saron bonang atau bass, rhytm, melodi dan lain-lain. Bahkan karinding bisa membuat lagu sendiri, sebab cara menepuknya beda dengan suara pada mulut yang bisa divariasikan bisa memudahkan kita dalam menghasilkan suara yang warna-warni. Kata orang tua dahulu, dulu menyanyikan lagu bisa pakai karinding, Kalau kita sudah mahir mainkan suara karinding, pasti akan menemukan atau menghasilkan suara buat berbicara, tetapi suara yang keluar seperti suara robotik.




Komentar