Kelompok Seni “Mbah Jarwi”
Salah satu kesenian tradisional asal Provinsi Banten yang saat ini tidak dikenal oleh masyarakat Kabupaten Lebak adalah Seni Tari Kipas. Tari Kipas ini baru dicari warga ketika mereka hendak menyambut tamu dari luar kota dalam setiap pagelaran syukuran atau resepsi pernikahan.
Atas dasar itu, Kelompok Seni “Mbah Jarwi” yang didirikan oleh seniman asal Lebak Ahmad Sujarwi (60) pada tanggal 19 November 2003 silam, mulai memperkenalkan tari kipas ke remaja yang dekat dengan kediamannya di Kampung Rancaseneng, RT 02/01, Desa Kalanganyar, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak.
“Awalnya memang rumah saya mejadi lokasi latihan. Kami pada saat itu hanya berlima mendirikan “Mbah Jarwi”. Nama ini memang diambil dari nama saya,” kata Ketua Kelompok Seni “Mbah Jarwi”, Ahmad Sujarwi.
Menurut Sujarwi, awal pendirian kelompok seninya, mayoritas warga terutama remaja perempuan banyak yang mengejeknya dengan alasan budaya zaman dulu alias kolot. “Jarang sekali memang pada saat itu orang yang kenal dengan seni tari kipas. Apalagi seni dimainkannya dengan kipas oleh anak remaja perempuan,” paparnya.
Waktu terus berlalu, Sujarwi dan empat orang temannya mulai memperagakan sekaligus mensosialisasikan seni Tari Kipas ke warga yang akan menggelar hajatan dan kegiatan seremonial Pemkab Lebak. “Memang kami meminta agar pentas kami dijadikan oleh Pemkab Lebak sebagai ikon ketika menyambut tamu dari luar. Dari situ memang ada pejabat Pemkab Lebak yang menolak dan memperbolehkan, sementara pada saat warga memang menerima kesenian kami. Tetapi pada saat itu Tari Kipas kami lakukan oleh para pria” cerita, pria kelahiran Lebak 4 Juli 1953 ini.
Setelah eksis sekitar 10 tahun, perjuangan Jarwi dan kawan-kawan akhirnya membuahkan hasil juga. Kelompoknya saat ini beranggotakan 10 orang dan memiliki enam kelompok binaan dengan masing-masing kelompok lima orang, enam orang termasuk dirinya jika ingin mementaskannya. “Anggota per-kelompoknya memang lima orang, empat orang remaja putri dan satu orang laki-laki kelompok. Biasanya mementaskan remaja putri yang kami masukkan adalah siswi SLTA yang mahir memainkan tari kipas,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Sujarwi, Tari Kipas sudah dipentaskan dalam acara-acara resmi Pemkab Lebak terutama pada saat acara pembukaan untuk menyambut tamu dari luar daerah. “Pada saat acara pembukaan Porkab (Pekan Olahraga Kabupaten-red) Lebak I beberapa waktu yang lalu, seni Tari Kipas kami juga ditampilkan. Kalau dipentaskan di pemukiman warga sih saat kami diundang mentas pada acara syukuran pernikahan, khitanan missal, nujuh bulanan dan lain-lain,” tutur Sujarwi.
Sujarwi mengaku prestasi bukan merupakan tujuannya. Yang terpenting baginya adalah bagaiman agar kesenian seni Tari Kipas bisa eksis dan dikenal oleh masyarakat di Kabupaten Lebak seperti halnya kesenian Debus di wilayah Provinsi Banten. “Kami memang jarang mengikuti lomba, hanya eksis saja dalam setiap acara yang digelar oleh Pemkab Lebak,” tukasnya.
Sujarwi juga meminta Pemprov untuk mengundang para pelaku seni di wilayah Provinsi Banten untuk membahas nasib kesenian tradisional ke depan.
sumber
(ahmadi-sn)
very informative post. I will use the suggestions discussing here for optimizing my new blog site.This post will be very helpful for the begaineer SEO worker who are new in this field.
BalasHapusKeep posting this type of helpful post.
With best wishes.Corel Painter 2018
I am very grateful for this enlightening article. I am new to this issue, but for me it elucidated several questions. Congratulations on your knowledge on the subject. Thank you very much.Corel Painter 2018
BalasHapus