Kelompok Paniis Lestari (Panles) Pantang Eksploitasi alam





Kelompok Paniis Lestari (Panles) di Kampung Paniis, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang adalah sekelompok masyarakat yang konsen terhadap pelestarian serta menjaga sumber daya alam, dengan tidak merusak habibat yang ada di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Sebab pemukiman mereka berbatasan dengan kawasan TNUK.


WWF-Indonesia bersama dengan Balai TNUK dan Koperasi Gema Ummat Ujung Kulon (Kagum), melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar, sehingga segala sesuatu yang dihasilkannya, bisa dijadikan salah satu sumber pendapatan untuk menopang kebutuhan kehidupan mereka sehari-hari.
Ketua Panles Suhendra mengatakan, karena wilayahnya yang berbatasan dengan kawasan TNUK, seringkali mendorong masyarakat setempat untuk melakukan kegiatan eksploitasi, baik di darat maupun laut.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di zona penyangga Ujung Kulon, kata Suhendra salah satunya dalam bidang kelautan, melalui pengemban¬gan kegiatan ekowisata bahari. Awalnya, tambahnya, WWF-Indonesia mengajak beberapa dari anggota masyarakat untuk melakukan kegiatan pelestarian alam melalui penanaman karang lunak.






Ditambahkannya, proses terbentuknya kelompok Paniis Lestari, pada tahun 2002 dengan jumlah ang-gota hanya dua orang. Namun seiring waktu jumlah¬nya terus berkembang dan sampai saat ini berjumlah sekitar 20 orang. Kegiatan ini terus dikembangkan, agar dapat menjadi mata pencaharian alternatif, bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat setempat dan anggota kelompok khususnya.
“Dalam perjalanannya, kami bergabung dengan KAGUM (Koperasi Gema Umat Ujung Kulon, red) pada tahun 2010, kerjasama dalam bidang ekow¬isata,” tambahnya. Dan Panles, merupakan anggota luar biasa dari KAGUM, yang usahanya bergerak di bidang ekowisata bahari dan patrloli berbasiskan swadaya masyarakat. Dalam perkembangannya, sejak 1 Juli 2013, kelompok Paniis Lestari melakukan pengembangan, dimulai dengan tidak aktifnya KAGUM dan kerjasama dalam bidang ekowisatapun menjadi tidak berjalan.

Mulai saat itulah, Kelompok Panles melakukan pembenahan dengan penguatan kelompoknya teru¬tama untuk mempersiapkan diri sebagai kelompok yang mandiri di bidang usaha ekowisata.
“Maksud dibentuknya kelompok ini, yaitu untuk mengurangi kegiatan eksploitasi sumber daya alam di kawasan TNUK dan ikut membantu dalam kegiatan pelestarian alam. Tujuannya untuk meningkatkan per¬ekonomian, kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat sekitar,” ujarnya lagi.
Pembina Kelompok Panles Andre Crespo dari WWF-Indonesia menambahkan, kelompok Penles yang berdiri sejak tahun 2002 dan membentuk struk¬tur organisasinya pada tanggal 1 Maret 2006. Per-modalan usaha kelompok ini berasal dari iuran pokok anggota, iuran wajib anggota (per bulan-red), usaha ekowisata, penyewaan alat dan bantuan pinjaman modal usaha dari WWF-Indonesia, modal set perala¬tan snorkeling dari DKP Provinsi Banten.

“Kegiatan lainnya, yaitu patroli kemasyarakatan, yang dilakukan oleh kelompok bersama masyarakat setempat, untuk menjaga dan mengawasi pantai, terumbu karang dan biota lainnya dari kegiatan yang merusak seperti penggunaan bom, potassium dan lain¬nya,” pungkasnya, seraya mengatakan, daerah patroli yaitu sepanjang Pantai Desa Taman Jaya, Pulau Badul dan terkadang sampai Pulau Handeleum di kawasan Taman Nasional Ujung kulon.

(mardiana)


Komentar